Selasa, 28 Januari 2014

STUDY OF  SETTLEMENT CIRCULATION IN KAHAYAN RIVERSIDE AREA  
PALANGKA RAYA CITY

by: Tatau Wijaya Garib 1  and Noor Hamidah1  

1 Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Palangka Raya

      

Abstract
                Based on Palangka Raya history Pahandut is a first village around Kahayan riverside area. Dayak Ngaju peoples are oriented to the river as a life sources The Conception of God Among A South Borneo People Hans Scharer wrote Dayak Ngaju is indigeous people occupied along Kahayan riverside area. Kahayan riverside area is main orientation for Dayak Ngaju people do social activity and trading. Dayak Ngaju people used technology building with philosophy Pasah Mandulang along Kahayan riverside area. Pasah Mandulang is implementation of Dayak Ngaju people about how to life and how to work around river. It is approved that river is an important for Dayak people for their life. However, now the river function was changed because of city growth dynamic. One of the urban city growth in Palangka Raya is showed by organic settlement and irregular circulation pattern.
This research objective is to explore  a potential settlement along Kahayan Riverside area. This concept comes out with new settlement pattern as an image riverside area. This  concept try to keep a riverside history for people living around the river and philosophy of the river is still to maintain. Location of this research is settlement area along Kahayan Riverside area. Research methodology consist of: (1) Bacis stage is to do some survey, quisioner and potential identification; (2) Literature review is to explore the information of settlement theory; (3) Observation stage is to use empirical study based on literature review and field observation; (4) Analysis stage  is to use combination with emphirical data based on literature review and field observation to observe; (5) Recommendation design stage is and to analysis how a sirculation and occupation growth around a riverside area. Based on decsriptive method we will analyse how a sirculation and occupation growth can be explained to this area.The output of this research will consist of physical and non physical. For physical planning we try to design: (a) Planning for sirculation pattern; (b) planning for vehicle pattern ; (c) design of building pattern; and (d) design of street furniture. For non-physical planning we try to design: (a) social activity planning; (b) ecomic activity planning; (c) concept of an unique activity around a riverside area.

Keywords: Study, settlement, circulation, Riverside area, Kahayan.

 


1 Lecturer in Architecture Department, Faculty of Engineering Palangkaraya University  





























STUDI SIRKULASI PERMUKIMAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KAHAYAN
KOTA PALANGKA RAYA

Abstrak
Oleh: Tatau Wijaya Garib 1  dan Noor Hamidah1  
1Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya
Email: tatauw@yahoo.com

Awal mula sejarah Kota Palangka Raya adalah berawal dari permukiman di kawasan Tepian Sungai Kahayan. Orientasi masyarakat Dayak Ngaju yang hidup di bantaran Sungai Kahayan ini memiliki orientasi rumah menghadap ke sungai. The Conception of God Among A South Borneo People menyatakan bahwa masyarakat Dayak Ngaju sebagai suku asli terbesar yang bermukim di sepanjang bantaran Sungai Kahayan menganut falsafah hidup sungai sebagai sumber kehidupan, melakukan aktivitas sosial dan perdagangan dengan memanfaatkan jalur transportasi air. Fungsi Sungai sebagai falsafah masyarakat Dayak Ngaju yaitu konsep orientasi tempat tinggal menghadap ke sungai, dimana Sungai sebagai sumber kehidupan, hal ini diperkuat juga dengan menyertakan salah satu bangunan yang dikenalinya yaitu Pasah Mandulang di kawasan tepian Sungai Kahayan berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para pendulang selama mereka bekerja. Hal ini membuktikan bahwa sungai merupakan orientasi, tempat tinggal dan tempat bekerja bagi masyarakat Dayak. Oleh karena itu, maka dirasakan kurang tepat bilamana kita meninggalkan konsepsi hidup masyarakat Dayak Ngaju tepian Sungai Kahayan, peran sungai sebagai orientasi, tempat tinggal dan mengembangkan kehidupan manusia. Namun dalam perkembangannya permasalahan muncul yaitu kota berkembang secara dinamis, perkembangan permukiman pun tumbuh secara organik, perkembangan pola jalan berorientasi ke darat dan perubahan orientasi pola hunian yang membelakangi sungai, semakin kontras dengan fungsi awal sungai sebagai falsafah hidup dan orientasi masyarakat Dayak Ngaju.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali potensi sirkulasi permukiman tepian Sungai Kahayan dan mengembangkan konsep pola permukiman sebagai dasar referensi studi sirkulasi permukiman khususnya pada kawasan tepian sungai. Melalui kajian nilai historis kawasan yaitu menelaah kembali fungsi sungai berdasarkan falsafah hidup masyarakat Suku Dayak dimana orientasi sungai sebagai sumber kehidupan yang diimplementasikan dalam orientasi tempat tinggal dan sungai sebagai tempat bekerja bagi masyarakat Tepian Sungai Kahayan. Locus penelitian berada pada kawasan permukiman tepian Sungai Kahayan yang terletak di Kelurahan Pahandut, Kota Palangka Raya. Metodologi penelitian ini menggunakan beberapa tahapan yaitu: (1) tahap persiapan yaitu survey, wawancara dan identifikasi potensi; (2) Tahap Kajian Literatur/ literature review yaitu menggali berbagai informasi pengetahuan tentang teori permukiman; (3) Tahap Observasi yaitu kajian empirik/ pengamatan lapangan (field observation); (4) Tahap analisa menggunakan metode deskriptif berdasarkan hasil kajian literatur dan kajian empirik; dan (5) Tahap rekomendasi konsep Penelitian dijabarkan dalam konsep kajian aspek fisik dan non fisik lingkungan buatan permukiman antara lain (a) penataan pola permukiman; (b) penataan pola sirkulasi; dan (c) penataan jalur hijau dan tipe-tipe street furniture kawasan. Sedangkan Aspek non fisik kajian akan dibatasi pada aspek-aspek: (a) sosial lingkungan; dan (b) ekonomi dan (c) jenis aktivitas di kawasan.
Kata kunci: Studi, Permukiman, Sirkulasi, Tepian sungai, Kahayan.
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Permukiman sebagai suatu wadah atau suatu wujud fisik budaya saling mempengaruhi dengan isinya, dan bertautan dengan lingkungan alami sebagai tempatnya. Ada 2 aspek penting mengenai isi dan lingkungan alami yang perlu dipahami dari permukiman Indonesia, yaitu pertama, dinamika perubahan demografis, sosial ekonomi dan budaya dari pengisinya,  kekayaan alami telah mengalami perubahan dan perkembangan, karena terjadinya perubahan sosio-ekonomi. (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2000: 25).
Salah satu kekhususan Indonesia adalah lingkungan alamnya yang merupakan kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari sekitar 17.508 pulau yang membentang sepanjang 5.210 km dari timur ke barat dan dihuni oleh sekitar 300 suku bangsa dengan 583 bahasa dan dialek. Terdiri dari 33 Propinsi dengan keaneka-ragaman sifat  lingkungannya dan terdapat berbagai tempat permukiman pedalaman yang penduduknya lebih berorientasi dan mempunyai akses ke daerah pedalamannya, antara lain melalui sungai-sungai yang menghubungkan penduduk di hulu dan hilir sungai, seperti masyarakat Dayak di Kalimantan dan masyarakat Kubu di  Sumatera. (Indonesia Heritage, 1992: 8-9). 
Tautan lingkungan alami dan sosio-budaya yang beraneka ragam merupakan keunikan dan kekhususan yang dimiliki oleh suatu daerah. Lingkungan alami di Indonesia secara sosio-budaya dengan keanekaragaman tinggi, yang tercermin dari banyaknya suku bangsa, ribuan pulau memiliki sifat ekologi dan kekayaan sumber daya alam yang berbeda-beda. Kesemuanya itu terwujud dalam keaneka ragaman sifat permukiman, dari yang modern dengan heterogenitas dan pertumbuhan tinggi sebagaimana ibukota Jakarta, sampai pada permukiman dari suku-suku terasing dan kehidupan tradisional tetap bertahan tidak tersentuh oleh perubahan. Kemampuan permukiman itu untuk berlanjut berbeda-beda dan perkembangannya akan memiliki makna berbeda karena tempat yang berbeda. (Indonesia Heritage, 1992: 48-49).    
Tautan lingkungan alami tercermin melalui karakteristik fisik ini merupakan sifat alami, dimana sungai memiliki keunikan lingkungan berwujud permukiman tradisional sebagai respon sifat lingkungannya. Permukiman tradisional masyarakat Indonesia ditinjau dari segi historis banyak berada di daerah aliran sungai karena akses transportasi. Akses daerah aliran sungai merupakan karakteristik permukiman awal sebagai cikal bakal tumbuh dan berkembangnya suatu kota, selaras dengan lingkungan sosial masyarakat Indonesia.
Kalimantan Tengah adalah salah satu contoh kota di Indonesia yang memiliki banyak anak sungai dengan muaranya adalah sungai Kahayan. Tipologi mayoritas masyarakatnya bermukim dan menggantungkan hidup pada sungai. Sungai merupakan urat nadi perekonomian sebagai lahan mata pencaharian, sebagai tempat bermukim sekaligus sebagai prasarana transportasi masyarakat yang sangat besar pengaruhnya di dalam pola sosial dan budaya masyarakatnya, sehingga kota Palangka Raya dikenal dengan sebutan “Kota Air”. (RUTRK Kota Palangka Raya 1999-2009).
Karakteristik setting keunikan aktivitas keseharian penduduk yang tinggal di tepi sungai kebanyakan merupakan komunitas tepian sungai secara fisik bentuk permukiman berkembang organik dan akrab dengan alam. Permukiman tepian sungai Kahayan di Kota Palangka Raya adalah permukiman awal  memiliki keunikan pola permukiman memanjang mengikuti bentuk sungai. Orientasi rumah menghadap ke sungai sebagai bagian dari lingkungan permukimannya dan sebagai tempat yang menarik untuk bermukim. Menurut Tjilik Riwut (1972) Struktur hunian kawasan tepian Sungai Kahayan ini berada di atas sungai dengan karakteristik keunikan rumah terdiri atas: 1) rumah rakit (Raft House), 2) rumah tiang (Pillar House) dan 3) rumah beton (Permanent House).
Bila ditinjau dari perspektif kebudayaan dan tradisionalisme masyarakat Kalimantan Tengah sebagai penghuni asli masyarakat Dayak Ngaju sebagai suku asli terbesar yang bermukim di sepanjang bantaran Sungai Kahayan melakukan aktivitas sosial dan perdagangan dengan memanfaatkan jalur transportasi air. (Hans Scharer, 1963). Fungsi Sungai sebagai falsafah masyarakat Dayak Ngaju yaitu konsep orientasi tempat tinggal menghadap ke sungai, dimana Sungai sebagai sumber kehidupan (KMA Usop, 1993), ini diperkuat juga di tulisan Damang Yohanes Salilah (1977) dalam bukunya Teknologi Dayak Ngaju, menyertakan salah satu bangunan yang dikenalinya yaitu Pasah Mandulang di kawasan tepian Sungai Kahayan berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para pendulang selama mereka bekerja. Hal ini membuktikan bahwa sungai merupakan orientasi, tempat tinggal dan tempat bekerja bagi masyarakat Dayak.

1.2. Permasalahan
Tepian sungai Kahayan Kota Palangka Raya sebagai tempat persinggahan, dan sungai sebagai salah satu jalur transportasi bagi penduduk untuk mendistribusikan barangnya ke kota dan ke daerah sekitarnya melalui jalur sungai. Jalan titian yang menghubungkan tepian sungai dengan jalan kota dan pusat-pusat kegiatan ekonomi secara organik membentuk pola sirkulasi berbentuk sejajar Linier pattern, hal ini terjadi akibat adanya perkembangan sepanjang jalan, mengikuti sungai. Kondisi fisik permukiman sepanjang sungai (alami/buatan) mempunyai andil terhadap bentuk kota.
Dalam prakteknya konsep orientasi terhadap sungai ini tidak dapat sepenuhnya diterapkan, mengingat kehidupan modern merupakan kondisi eksisting yang harus kita adopsi. Namun dari konsep orientasi tersebut dapat kita tarik makna hirarki dan filosofisnya. Sebagai contoh dalam pengaturan bagian “depan” dan “belakang” dari zona permukiman di tepian sungai, pada masyarakat tradisional kebanyakan memiliki urutan: sungai, jamban, jalan dan perumahan yang menghadap ke sungai, sedangkan pada masyarakat modern perletakan jamban di bagian depan perumahan sebaiknya harus dihindarkan. Dengan teknologi yang ada sekarang (septictank), urutan tersebut dapat disempurnakan dengan menempatkan sungai tersebut sebagai latar depan dan belakang sekaligus. Jadi urutan yang didapat adalah sungai, jalan, perumahan yang diatur menghadap atau membelakangi sungai. Filosofi masyarakat tradisional sebagai dasar berpijak dan berpikir dalam pengembangan desain dan perancangan perkotaan lebih jauh. Untuk itu perlu dipikirkan lebih lanjut bagaimana konsep orientasi terhadap sungai ini sebagai potensi pengembangan konsep yang ditinjau dari pola sirkulasi Tepian Sungai Kahayan, dimana wilayah ini menjadi elemen pembentuk kota yang memiliki yang memiliki nilai historis dan karakteristik khusus yaitu kehidupan dan aksesibilitas permukiman tepian sungai.
Berdasarkan perkembangan permukiman tepian sungai Kahayan Kota Palangka Raya ini menghadapi permasalahan yaitu: pembangunan pemukiman yang bersifat organik tanpa terkendali, sedangkan pola sirkulasi hunian hanya mengacu pada jalan titian yang menghubungkan tepian sungai dengan jalan raya, berkembang dengan tidak menerapkan kaidah-kaidah formal pembangunan perumahan. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba menganalisa potensi pengembangan konsep pola sirkulasi permukiman kawasan Tepian Sungai Kahayan, dimana wilayah ini menjadi elemen pembentuk kota yang memiliki nilai histori dan karakteristik khusus yaitu kehidupan dan aksesibilitas permukiman tepian sungai.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain:
1.       Memperoleh data-data kualitatif maupun kuantitatif pola sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan melalui survey lapangan dan wawancara, sehingga mendapatkan informasi berbagai gambaran potensi pengembangan konsep pola sirkulasi di kawasan Tepian Sungai Kahayan Kota Palangka Raya.
2.       Menganalisa dari data-data kualitatif maupun kuantitatif mengenai proses perkembangan pola sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan yang relevan sangat dibutuhkan dalam proses analisa kawasan tepian sungai sebagai sejarah awal Kota Palangka Raya dan menganalisa peranannya dalam perkembangan Kota Palangka Raya.
3.       Merumuskan konsep pola sirkulasi di kawasan Tepian Sungai Kahayan Kota Palangka Raya. konsep pola sirkulasi melalui analisa pola dan bentuk sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan guna memudahkan rekonstruksi desain sirkulasi kawasan tepian sungai sebagai aset andalan wisata kota dan pengembangan ruang Kota Palangka Raya di masa mendatang.


1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai proses perkembangan pola sirkulasi di kawasan tepian sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Berdasarkan tujuan di atas maka manfaat penelitian ini antara lain:
1.       Untuk mengetahui wujud arsitektur kawasan tepian sungai dengan menggali data-data kualitatif maupun kuantitatif pola sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan melalui survey lapangan dan wawancara, sehingga mendapatkan informasi berbagai gambaran potensi pengembangan konsep pola sirkulasi di kawasan Tepian Sungai Kahayan Kota Palangka Raya.
2.       Untuk melestarikan dan memelihara arsitekur kawasan tepian sungai yang bernilai historik dalam perkembangan Kota Palangka Raya dan memudahkan rekonstruksi desain awal tumbuhnya kawasan permukiman tepian sungai sebagai upaya pelestarian  arsitektur Kalimantan Tengah dan sebagai aset andalan wisata dalam penataan dan pengembangan ruang Kota Palangka Raya di masa mendatang.
3.       Kebutuhan akan adanya hasil penelitian dan pengembangan mengenai proses perkembangan kawasan tepian Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah melalui contoh konsep pola sirkulasi melalui analisa pola dan bentuk sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan akan dijadikan contoh relevan yang sangat dibutuhkan dalam mendesain pola sirkulasi kota-kota tepian sungai lainnya di Indonesia, guna mewujudkan perencanaan kota yang baik untuk masa kini maupun mendatang.

1.5. Kontribusi Penelitian
Kotribusi penelitian ini adalah menunjang pembangunan perkotaan, khususnya pengembangan potensi Kawasan Tepian Sungai Kahayan yang terkait pada rencana pembangunan Kota Palangka Raya. Kontribusi penelitian ini diharapkan :
1.     Pengembangan Ilmu dan teknologi dalam mengembangkan potensi kawasan dimanfaatkan untuk menciptakan kembali pola ruang sirkulasi kota yang potensial bagi masyarakat publik dan meningkatkan kualitas lingkungan fisik.
2.     Pemerintah kota Palangka Raya dan Perencana kota untuk memberikan alternatif perencanaan kawasan tepian Sungai Kahayan sebagai kawasan awal/bersejarah kota, sehingga dapat menjadi aset andalan apabila direncanakan dan dirancang pola sirkulasi kota secara baik sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan. Penelitian ini akan memberi alternatif kepada Pemerintah bagaimana memberi akses masyarakat – pemerintah dan pihak investor agar mampu membuka kawasan baik dimanfaatkan sebagai aset wisata maupun budaya lokal.
3.   Masyarakat / Pengguna khususnya warga Kota Palangka Raya  melalui penelitian ini dapat berpartisipasi aktif memberikan ide dalam perencanaan kawasan dan menggali potensi yang dimiliki kawasan. Penelitian ini akan memberi input bagi masyarakat bagaimana kawasan bisa dimanfaatkan untuk upaya pelestarian kawasan bersejarah kota disamping membuka lahan pekerjaan baru sebagai kawasan wisata perlu upaya Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dan Masyarakat dalam menata dan mengembangkan potensi kawasan tepian sungai melalui penataan pola sirkulasi kota.   
 5.      Mahasiswa program studi arsitektur untuk menggali potensi ruang-ruang kota kawasan Tepian Sungai sebagai kawasan kota tua yang bernilai historis arsitektur dan kaya budaya Kalimantan Tengah, sehingga memberi kontribusi pada perkembangan Kota Palangka Raya. Mahasiswa akan mampu memberikan alternatif desain pelestarian kawasan tepian sungai dan konsep pola sirkulasi potensial untuk pengembangan kawasan.

1.6. Urgensi Penelitian
Permasalahan pola sirkulasi kawasan ini memegang peran penting dalam upaya pengembangan kawasan perkotaan. Namun demikian penelitian dan tulisan ilmiah yang berkaitan mengenai pengembangan pola sirkulasi kawasan dengan karakteristik arsitektur pola sirkulasi kawasan tepian sungai dengan kontekstual budaya masyarakat asli akrab dengan sungai, memiliki peranan dalam perkembangan kota, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan.
Bila dilihat dari perkembangan kawasan di Indonesia kebanyakan kota-kota di Indonesia tumbuh di kawasan tepian sungai, tetapi dalam perkembangan saat ini kota-kota tersebut cenderung hanya di lihat sebagai kota tua yang tidak tertata dengan baik dalam pengelolaan kota.  Ditinjau dari sisi kuantitas pola sirkulasi perkotaan kawasan tepian sungai ini termasuk kategori sirkulasi yang padat dan menimbulkan kemacetan dengan lebar jalan yang sangat sempit karena tidak adanya penambahan ruas jalan tidak sebanding dengan terhadap luas kawasan. Sementara penelitian bidang arsitektur dan perkotaan selama ini hanya dilihat secara regional saja, belum menyentuh pada penataan pola sirkulasi dan pelestarian permukiman tepian sungai yang berperan penting pada perkembangan kota-kota di Indonesia, terlebih lagi penelitian belum sampai pada pemahaman kompleksitas permasalahan sirkulasi dan kondisi permukiman di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang menganalisa strategi pendekatan penataan pola sirkulasi dan pelestarian maupun perbaikan permukiman, khususnya kawasan tepian sungai perkotaan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan stakeholders untuk menjembatani antara pelestarian kawasan tepian sungai sebagai kota tua yang bernilai historis maupun rekomendasi desain untuk stakeholders dalam mengelola kawasan tepian sungai sehingga bisa terjaga keaslian kawasan. Pada akhirnya pemahaman akan keberadaan pola sirkulasi dalam kawasan tepian sungai ini memegang peranan penting untuk melihat perkembangan fisik perkotaan, kedepan diharapkan tidak memunculkan kemacetan lalu lintas.