STUDY OF SETTLEMENT CIRCULATION IN
KAHAYAN RIVERSIDE AREA
PALANGKA RAYA CITY
by: Tatau Wijaya Garib 1 and Noor Hamidah1
1 Department
of Architecture, Faculty of Engineering, University of Palangka Raya
Abstract
Based
on Palangka Raya history Pahandut is a first village around Kahayan riverside
area. Dayak Ngaju peoples are oriented to the river as
a life sources The Conception of God
Among A South Borneo People Hans Scharer wrote Dayak Ngaju
is indigeous people occupied along Kahayan riverside area. Kahayan riverside
area is main orientation for Dayak Ngaju people do social activity and trading.
Dayak Ngaju people used technology building with
philosophy Pasah Mandulang along Kahayan riverside
area. Pasah Mandulang is
implementation of Dayak Ngaju
people about how to life and how to work around river. It is approved that
river is an important for Dayak people for their life. However, now the river
function was changed because of city growth dynamic. One of the urban city growth in Palangka Raya
is showed by organic settlement and irregular circulation pattern.
This research objective is to explore a potential settlement along Kahayan
Riverside area. This concept comes out with new settlement pattern as an
image riverside area. This concept try
to keep a riverside history for people living around the river and philosophy
of the river is still to maintain. Location
of this research is settlement area along Kahayan
Riverside area. Research methodology consist
of: (1) Bacis stage is to do some survey, quisioner and potential
identification; (2) Literature review is to explore the information of settlement
theory; (3) Observation stage is to use empirical study based on literature
review and field observation; (4) Analysis stage is to
use combination with emphirical data based on literature review and field observation to observe; (5) Recommendation design
stage is and to analysis how a sirculation and occupation
growth around a riverside area. Based on decsriptive method we will analyse how
a sirculation and occupation growth can be explained to this area.The output of
this research will consist of physical and non physical. For physical planning
we try to design: (a) Planning for sirculation pattern; (b) planning for
vehicle pattern ; (c) design of building pattern; and (d) design of street
furniture. For non-physical planning we try to design: (a) social activity
planning; (b) ecomic activity planning; (c) concept of an unique activity
around a riverside area.
Keywords: Study,
settlement, circulation, Riverside area, Kahayan.

1 Lecturer
in Architecture Department, Faculty of Engineering Palangkaraya
University
STUDI SIRKULASI PERMUKIMAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KAHAYAN
KOTA PALANGKA RAYA
Abstrak
Oleh:
Tatau Wijaya Garib 1 dan Noor Hamidah1
1Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya
Email: tatauw@yahoo.com
Awal mula sejarah Kota Palangka Raya adalah berawal dari permukiman di kawasan Tepian Sungai Kahayan. Orientasi
masyarakat Dayak Ngaju yang hidup di bantaran Sungai Kahayan ini memiliki orientasi rumah menghadap
ke sungai. The Conception of God Among A South Borneo People menyatakan
bahwa masyarakat Dayak Ngaju sebagai suku asli terbesar yang bermukim di
sepanjang bantaran Sungai Kahayan menganut falsafah hidup sungai sebagai sumber
kehidupan, melakukan aktivitas sosial dan perdagangan dengan memanfaatkan jalur
transportasi air. Fungsi Sungai sebagai falsafah masyarakat Dayak Ngaju yaitu
konsep orientasi tempat tinggal menghadap ke sungai, dimana Sungai sebagai
sumber kehidupan, hal ini diperkuat juga dengan menyertakan salah satu bangunan
yang dikenalinya yaitu Pasah Mandulang
di kawasan tepian Sungai Kahayan berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para
pendulang selama mereka bekerja. Hal ini membuktikan bahwa sungai merupakan orientasi,
tempat tinggal dan tempat bekerja bagi masyarakat Dayak. Oleh karena itu, maka dirasakan kurang
tepat bilamana kita meninggalkan konsepsi hidup masyarakat Dayak Ngaju tepian Sungai
Kahayan, peran sungai sebagai orientasi, tempat tinggal dan mengembangkan kehidupan manusia. Namun dalam perkembangannya permasalahan muncul yaitu kota berkembang secara dinamis, perkembangan permukiman pun tumbuh secara organik, perkembangan pola jalan berorientasi ke darat dan perubahan orientasi pola hunian yang membelakangi sungai, semakin kontras dengan fungsi awal sungai
sebagai falsafah hidup dan orientasi masyarakat Dayak Ngaju.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggali potensi sirkulasi permukiman tepian Sungai Kahayan dan mengembangkan
konsep pola permukiman sebagai dasar referensi studi sirkulasi permukiman khususnya
pada kawasan tepian sungai. Melalui kajian nilai historis kawasan yaitu menelaah
kembali fungsi sungai berdasarkan falsafah hidup masyarakat Suku Dayak dimana
orientasi sungai sebagai sumber kehidupan yang diimplementasikan dalam
orientasi tempat tinggal dan sungai sebagai tempat bekerja bagi masyarakat
Tepian Sungai Kahayan. Locus penelitian berada pada kawasan permukiman tepian Sungai Kahayan
yang terletak di Kelurahan Pahandut, Kota Palangka Raya. Metodologi
penelitian
ini menggunakan beberapa tahapan yaitu: (1) tahap persiapan yaitu survey,
wawancara dan identifikasi potensi; (2) Tahap Kajian Literatur/ literature review yaitu menggali
berbagai informasi pengetahuan tentang teori permukiman; (3) Tahap Observasi
yaitu kajian empirik/ pengamatan lapangan (field observation); (4) Tahap analisa
menggunakan metode deskriptif berdasarkan hasil kajian literatur dan kajian
empirik; dan (5) Tahap rekomendasi konsep Penelitian dijabarkan
dalam konsep
kajian aspek fisik dan non fisik lingkungan buatan permukiman antara lain (a) penataan pola permukiman; (b) penataan pola sirkulasi;
dan (c) penataan jalur hijau dan
tipe-tipe street furniture kawasan. Sedangkan Aspek non fisik kajian akan dibatasi pada aspek-aspek: (a)
sosial lingkungan; dan (b) ekonomi dan (c) jenis aktivitas di kawasan.
Kata
kunci: Studi, Permukiman,
Sirkulasi, Tepian sungai, Kahayan.
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Permukiman sebagai suatu wadah atau
suatu wujud fisik budaya saling mempengaruhi dengan isinya, dan bertautan
dengan lingkungan alami sebagai tempatnya. Ada 2 aspek penting mengenai isi dan
lingkungan alami yang perlu dipahami dari permukiman Indonesia, yaitu pertama,
dinamika perubahan demografis, sosial ekonomi dan budaya dari pengisinya, kekayaan alami telah mengalami perubahan dan
perkembangan, karena terjadinya perubahan sosio-ekonomi. (Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 2000: 25).
Salah satu kekhususan Indonesia adalah lingkungan alamnya
yang merupakan kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari sekitar 17.508 pulau
yang membentang sepanjang 5.210 km dari timur ke barat dan dihuni oleh sekitar
300 suku bangsa dengan 583 bahasa dan dialek. Terdiri dari 33 Propinsi dengan keaneka-ragaman sifat lingkungannya dan terdapat berbagai tempat
permukiman pedalaman yang penduduknya lebih berorientasi dan mempunyai akses ke
daerah pedalamannya, antara lain melalui sungai-sungai yang menghubungkan
penduduk di hulu dan hilir sungai, seperti masyarakat Dayak di Kalimantan dan
masyarakat Kubu di Sumatera. (Indonesia
Heritage, 1992: 8-9).
Tautan lingkungan alami dan sosio-budaya yang beraneka ragam
merupakan keunikan dan kekhususan yang dimiliki oleh suatu daerah. Lingkungan
alami di Indonesia secara sosio-budaya dengan keanekaragaman tinggi, yang
tercermin dari banyaknya suku bangsa, ribuan pulau memiliki sifat ekologi dan
kekayaan sumber daya alam yang berbeda-beda. Kesemuanya itu terwujud dalam
keaneka ragaman sifat permukiman, dari yang modern dengan heterogenitas dan
pertumbuhan tinggi sebagaimana ibukota Jakarta, sampai pada permukiman dari
suku-suku terasing dan kehidupan tradisional tetap bertahan tidak tersentuh
oleh perubahan. Kemampuan permukiman itu untuk berlanjut berbeda-beda dan
perkembangannya akan memiliki makna berbeda karena tempat yang berbeda.
(Indonesia Heritage, 1992: 48-49).
Tautan lingkungan alami tercermin melalui karakteristik
fisik ini merupakan sifat alami, dimana sungai memiliki keunikan lingkungan
berwujud permukiman tradisional sebagai respon sifat lingkungannya. Permukiman
tradisional masyarakat Indonesia ditinjau dari segi historis banyak berada di
daerah aliran sungai karena akses transportasi. Akses daerah aliran sungai
merupakan karakteristik permukiman awal sebagai cikal bakal tumbuh dan
berkembangnya suatu kota, selaras dengan lingkungan sosial masyarakat
Indonesia.
Kalimantan Tengah adalah salah satu contoh kota di Indonesia
yang memiliki banyak anak sungai dengan muaranya adalah sungai Kahayan.
Tipologi mayoritas masyarakatnya bermukim dan menggantungkan hidup pada sungai.
Sungai merupakan urat nadi perekonomian sebagai lahan mata pencaharian, sebagai
tempat bermukim sekaligus sebagai prasarana transportasi masyarakat yang sangat
besar pengaruhnya di dalam pola sosial dan budaya masyarakatnya, sehingga kota
Palangka Raya dikenal dengan sebutan “Kota Air”. (RUTRK Kota Palangka Raya
1999-2009).
Karakteristik setting keunikan aktivitas keseharian penduduk
yang tinggal di tepi sungai kebanyakan merupakan komunitas tepian sungai secara
fisik bentuk permukiman berkembang organik dan akrab dengan alam. Permukiman
tepian sungai Kahayan di Kota Palangka Raya adalah permukiman awal memiliki keunikan pola permukiman memanjang
mengikuti bentuk sungai. Orientasi rumah menghadap ke sungai sebagai bagian
dari lingkungan permukimannya dan sebagai tempat yang menarik untuk bermukim. Menurut Tjilik Riwut (1972) Struktur hunian kawasan tepian Sungai Kahayan ini berada di
atas sungai dengan karakteristik keunikan rumah terdiri atas: 1) rumah rakit (Raft House), 2) rumah tiang (Pillar House) dan 3) rumah beton (Permanent House).
Bila ditinjau dari perspektif
kebudayaan dan tradisionalisme masyarakat Kalimantan Tengah sebagai penghuni asli masyarakat
Dayak Ngaju sebagai suku asli terbesar yang bermukim di sepanjang bantaran
Sungai Kahayan melakukan aktivitas sosial dan perdagangan dengan memanfaatkan
jalur transportasi air. (Hans Scharer,
1963). Fungsi Sungai sebagai falsafah masyarakat Dayak Ngaju yaitu
konsep orientasi tempat tinggal menghadap ke sungai, dimana Sungai sebagai
sumber kehidupan (KMA Usop, 1993), ini diperkuat juga di tulisan Damang Yohanes Salilah (1977)
dalam bukunya Teknologi Dayak Ngaju, menyertakan salah satu bangunan yang
dikenalinya yaitu Pasah Mandulang di kawasan tepian Sungai Kahayan berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para pendulang selama mereka
bekerja. Hal ini membuktikan bahwa sungai merupakan orientasi, tempat tinggal
dan tempat bekerja bagi masyarakat
Dayak.
1.2. Permasalahan
Tepian sungai
Kahayan Kota Palangka Raya sebagai tempat persinggahan, dan sungai sebagai salah satu jalur
transportasi bagi penduduk untuk mendistribusikan barangnya ke kota dan ke
daerah sekitarnya melalui jalur sungai. Jalan titian yang menghubungkan tepian
sungai dengan jalan kota dan pusat-pusat kegiatan ekonomi secara organik
membentuk pola sirkulasi berbentuk sejajar Linier pattern, hal ini terjadi akibat adanya perkembangan
sepanjang jalan, mengikuti sungai. Kondisi fisik permukiman sepanjang sungai
(alami/buatan) mempunyai andil terhadap bentuk kota.
Dalam prakteknya konsep orientasi terhadap
sungai ini tidak dapat sepenuhnya diterapkan, mengingat kehidupan modern
merupakan kondisi eksisting yang harus kita adopsi. Namun dari konsep orientasi
tersebut dapat kita tarik makna hirarki dan filosofisnya. Sebagai contoh dalam
pengaturan bagian “depan” dan “belakang” dari zona permukiman di tepian sungai,
pada masyarakat tradisional kebanyakan memiliki urutan: sungai, jamban, jalan
dan perumahan yang menghadap ke sungai, sedangkan pada masyarakat modern
perletakan jamban di bagian depan perumahan sebaiknya harus dihindarkan. Dengan
teknologi yang ada sekarang (septictank), urutan tersebut dapat
disempurnakan dengan menempatkan sungai tersebut sebagai latar depan dan
belakang sekaligus. Jadi urutan yang didapat adalah sungai, jalan, perumahan
yang diatur menghadap atau membelakangi sungai. Filosofi masyarakat tradisional
sebagai dasar berpijak dan berpikir dalam pengembangan desain dan perancangan
perkotaan lebih jauh. Untuk itu perlu dipikirkan lebih lanjut bagaimana konsep
orientasi terhadap sungai ini sebagai
potensi pengembangan konsep yang ditinjau dari pola sirkulasi Tepian Sungai Kahayan, dimana wilayah ini menjadi elemen pembentuk
kota yang memiliki yang memiliki nilai historis dan karakteristik khusus yaitu kehidupan dan aksesibilitas permukiman tepian sungai.
Berdasarkan perkembangan permukiman tepian sungai
Kahayan Kota Palangka Raya ini menghadapi permasalahan yaitu: pembangunan
pemukiman yang bersifat organik tanpa terkendali, sedangkan pola sirkulasi
hunian hanya
mengacu pada jalan titian yang menghubungkan tepian sungai dengan jalan raya,
berkembang dengan tidak menerapkan kaidah-kaidah formal pembangunan perumahan.
Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba menganalisa potensi pengembangan konsep
pola sirkulasi permukiman kawasan
Tepian Sungai Kahayan, dimana wilayah ini
menjadi elemen pembentuk kota yang memiliki nilai histori dan karakteristik
khusus yaitu kehidupan dan aksesibilitas
permukiman tepian sungai.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang
ingin dicapai antara lain:
1.
Memperoleh data-data kualitatif maupun
kuantitatif pola sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan melalui survey
lapangan dan wawancara, sehingga mendapatkan informasi berbagai gambaran
potensi pengembangan konsep pola sirkulasi di kawasan Tepian Sungai Kahayan
Kota Palangka Raya.
2.
Menganalisa dari data-data kualitatif maupun kuantitatif mengenai proses
perkembangan pola sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan yang relevan sangat dibutuhkan dalam
proses analisa kawasan tepian sungai sebagai sejarah awal Kota Palangka Raya
dan menganalisa peranannya dalam perkembangan
Kota Palangka Raya.
3.
Merumuskan konsep pola sirkulasi di
kawasan Tepian Sungai Kahayan Kota Palangka Raya. konsep pola sirkulasi melalui analisa pola
dan bentuk sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan guna memudahkan rekonstruksi
desain sirkulasi kawasan tepian sungai sebagai aset andalan wisata kota dan
pengembangan ruang Kota Palangka Raya di masa mendatang.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai proses perkembangan pola sirkulasi di
kawasan tepian sungai Kahayan,
Kalimantan Tengah. Berdasarkan tujuan
di atas maka manfaat penelitian ini antara lain:
1.
Untuk mengetahui wujud arsitektur kawasan tepian sungai dengan
menggali data-data kualitatif maupun
kuantitatif pola sirkulasi kawasan tepian Sungai Kahayan melalui survey
lapangan dan wawancara, sehingga mendapatkan informasi berbagai gambaran
potensi pengembangan konsep pola sirkulasi di kawasan Tepian Sungai Kahayan
Kota Palangka Raya.
2.
Untuk melestarikan dan memelihara arsitekur
kawasan
tepian sungai yang bernilai historik dalam perkembangan Kota Palangka Raya dan
memudahkan rekonstruksi desain awal tumbuhnya kawasan permukiman tepian sungai
sebagai upaya pelestarian arsitektur
Kalimantan Tengah dan sebagai aset andalan wisata dalam penataan dan
pengembangan ruang Kota Palangka Raya di masa mendatang.
3.
Kebutuhan akan adanya hasil penelitian dan pengembangan mengenai
proses perkembangan kawasan tepian Sungai
Kahayan, Kalimantan Tengah melalui contoh konsep pola sirkulasi melalui analisa pola dan bentuk sirkulasi kawasan
tepian Sungai Kahayan akan dijadikan contoh relevan yang sangat dibutuhkan
dalam mendesain pola sirkulasi kota-kota tepian sungai lainnya di
Indonesia, guna mewujudkan perencanaan kota
yang baik untuk masa kini maupun mendatang.
1.5. Kontribusi Penelitian
Kotribusi penelitian ini adalah menunjang pembangunan perkotaan,
khususnya pengembangan potensi Kawasan Tepian Sungai Kahayan yang terkait pada
rencana pembangunan Kota Palangka Raya. Kontribusi penelitian ini diharapkan :
1. Pengembangan
Ilmu dan teknologi dalam mengembangkan potensi kawasan dimanfaatkan untuk
menciptakan kembali pola ruang sirkulasi kota yang potensial bagi masyarakat
publik dan meningkatkan kualitas lingkungan fisik.
2. Pemerintah
kota Palangka Raya dan Perencana kota untuk memberikan alternatif perencanaan
kawasan tepian Sungai Kahayan sebagai kawasan awal/bersejarah kota, sehingga
dapat menjadi aset andalan apabila direncanakan dan dirancang pola sirkulasi
kota secara baik sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan. Penelitian ini
akan memberi alternatif kepada Pemerintah bagaimana memberi akses masyarakat –
pemerintah dan pihak investor agar mampu membuka kawasan baik dimanfaatkan
sebagai aset wisata maupun budaya lokal.
3. Masyarakat / Pengguna khususnya warga Kota Palangka Raya melalui penelitian ini dapat berpartisipasi
aktif memberikan ide dalam perencanaan kawasan dan menggali potensi yang
dimiliki kawasan. Penelitian ini akan memberi input bagi masyarakat bagaimana
kawasan bisa dimanfaatkan untuk upaya pelestarian kawasan bersejarah kota
disamping membuka lahan pekerjaan baru sebagai kawasan wisata perlu upaya
Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dan Masyarakat dalam menata dan
mengembangkan potensi kawasan tepian sungai melalui penataan pola sirkulasi
kota.
5. Mahasiswa program studi arsitektur untuk
menggali potensi ruang-ruang kota kawasan Tepian Sungai sebagai kawasan kota
tua yang bernilai historis arsitektur dan kaya budaya Kalimantan Tengah,
sehingga memberi kontribusi pada perkembangan Kota Palangka Raya. Mahasiswa
akan mampu memberikan alternatif desain pelestarian kawasan tepian sungai dan
konsep pola sirkulasi potensial untuk pengembangan kawasan.
1.6.
Urgensi Penelitian
Permasalahan
pola sirkulasi kawasan ini memegang peran penting dalam upaya pengembangan
kawasan perkotaan. Namun demikian penelitian dan tulisan
ilmiah yang berkaitan mengenai pengembangan
pola sirkulasi kawasan dengan karakteristik arsitektur pola sirkulasi kawasan
tepian sungai dengan kontekstual budaya masyarakat asli akrab dengan sungai, memiliki peranan dalam perkembangan kota, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan.
Bila dilihat dari perkembangan kawasan di Indonesia kebanyakan
kota-kota di Indonesia tumbuh di kawasan tepian sungai, tetapi dalam
perkembangan saat ini kota-kota tersebut cenderung hanya di lihat sebagai kota
tua yang tidak tertata dengan baik dalam pengelolaan kota. Ditinjau dari sisi kuantitas pola sirkulasi
perkotaan kawasan tepian sungai ini termasuk kategori sirkulasi yang padat dan
menimbulkan kemacetan dengan lebar jalan yang sangat sempit karena tidak adanya
penambahan ruas jalan tidak sebanding dengan terhadap luas kawasan. Sementara
penelitian bidang arsitektur dan perkotaan selama ini hanya dilihat secara
regional saja, belum menyentuh pada penataan pola sirkulasi dan pelestarian
permukiman tepian sungai yang berperan penting pada perkembangan kota-kota di Indonesia, terlebih lagi penelitian
belum sampai pada pemahaman kompleksitas permasalahan sirkulasi dan kondisi
permukiman di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang
menganalisa strategi pendekatan penataan pola sirkulasi dan pelestarian maupun
perbaikan permukiman, khususnya kawasan tepian sungai perkotaan di Indonesia.
Penelitian ini diharapkan mampu
membuka wawasan stakeholders untuk
menjembatani antara pelestarian kawasan tepian sungai sebagai kota tua yang
bernilai historis maupun rekomendasi desain untuk stakeholders dalam
mengelola kawasan tepian sungai sehingga bisa terjaga keaslian kawasan. Pada
akhirnya pemahaman akan keberadaan pola sirkulasi dalam kawasan tepian
sungai ini memegang peranan penting untuk melihat perkembangan fisik perkotaan,
kedepan diharapkan tidak memunculkan kemacetan lalu lintas.